Kejadiannya kira-kira 4 tahun yang lalu, ketika aku kuliah semester
ketiga di sebuah lembaga pendidikan di Bekasi. Waktu itu, para mahasiswa
baru sedang berkumpul untuk membahas tentang uang kuliah yang menurut
brosurnya bisa dicicil selama 5 kali, namun kenyataannya para mahasiswa
hanya diberikan kesempatan untuk mengangsurnya selama 3 kali. Bagiku sih
sebenarnya tidak terlalu masalah, karena aku sudah membayar penuh
selama satu tahun, namun karena rasa solideritas terhadap teman,
akhirnya aku ikut berkumpul, dan ternyata oleh teman-temanku, aku
dipercaya untuk mewakilkan dan menyampaikan keluhan mereka kepada
manager lembaga yang bernama Ibu Ratih S.Pd.
Akhirnya aku menuju lantai 4 untuk membicarakan masalah ini kepada
Ibu Ratih, dan siapa tahu beliau bisa memberikan solusi yang terbaik
untuk anak-anak didiknya. Ketika aku hendak mengetuk pintu ruangannya,
terdengar samar-samar suara desah dan erangan yang berasal dari dalam
ruangannya. Akupun tahu bahwa suara ini adalah suaranya Ibu Ratih,
karena aku sangat hapal dengan suaranya ketika beliau masih memberi mata
kuliah Akuntansi Dasar 1.
Kuketuk berkali-kali, namun belum ada jawaban, akhirnya aku beranikan
diri untuk langsung membuka pintu. Ku lihat diruang kerjanya, ternyata
tidak ada, kucari kesana kemari, akhirnya aku menemukannya sedang serius
menghadap kekomputer yang biasa digunakan oleh asistennya (letaknya
terhalang oleh sebuah lemari yang berisi bermacam-macam jenis buku).
Yang aku tahu, hari ini asistennya belum masuk karena 2 hari yang lalu
dia mengalami kecelakaan. Dengan agak ragu aku mencoba mendekatinya.
Dan ternyata.. Ibu Ratih sedang melihat adegan-adegan seks yang ada
di internet. Wajar saja tadi terdengar suara orang mendesah keenakan,
tidak tahunya waktu melihat adegan itu, Ibu Ratih pun merangsang dirinya
sendiri dengan menggunakan jari-jari lentiknya. Aku jadi bingung dan
deg-degan, karena sebagai lelaki yang beranjak dewasa, didepanku ada
adegan seks yang ditampilkan dimonitor, dan yang lebih membuatku konak,
ketika melihat Ibu Ratih yang sepertinya sedang diamuk birahi. Sambil
mengangkat kedua kakinya ke atas meja, dan melebarkan kedua pahanya,
jari-jari lentik Ibu Ratih terus keluar masuk lubang memeknya yang sudah
terlihat basah.
Karena takut ketahuan, dan takut dimarahi akan kelancanganku, pelan-pelan aku menuju pintu untuk keluar. Tetapi tiba-tiba..
“Fik.. jika kamu teruskan langkahmu untuk keluar dari ruangan ini sekarang, nanti aku akan men-DO kamu dari sini. Karena kamu telah lancang memasuki ruangan saya tanpa sepengetahuan saya”.
Karena beliau mengancam akan mengeluarkan saya, akhirnya langkah saya langsung terhenti dan dengan agak terbata-bata saya langsung meminta maaf atas semua kelancangan saya.
“Fik.. jika kamu teruskan langkahmu untuk keluar dari ruangan ini sekarang, nanti aku akan men-DO kamu dari sini. Karena kamu telah lancang memasuki ruangan saya tanpa sepengetahuan saya”.
Karena beliau mengancam akan mengeluarkan saya, akhirnya langkah saya langsung terhenti dan dengan agak terbata-bata saya langsung meminta maaf atas semua kelancangan saya.
Tanpa menunjukan ekspresi apapun, Bu Ratih berjalan mendekatiku sambil bertanya.
“Apakah kamu tahu apa kesalahanmu?”
Dengan gugup saya mengatakan bahwa saya telah lancang memasuki ruangan Ibu tanpa izin.
“Dan kamu tahu apa hukumannya jika telah melakukan itu?”
“Tidak Bu”, jawabku pelan.
“Oke, sekarang kamu akan saya hukum sesuai dengan kesalahanmu, apa yang kamu lihat ketika kamu masuk ruangan ini?”
“Ngga ada bu”.
“Kamu jangan bohong yach, sebenarnya waktu kamu masuk, Ibu sudah mengetahuinya, sekarang jawab yang jujur, apa kamu melihat saya sedang melakukan sesuatu?”
Akhirnya dengan gugup saya menceritakan semua kejadiannya.
“Apakah kamu tahu apa kesalahanmu?”
Dengan gugup saya mengatakan bahwa saya telah lancang memasuki ruangan Ibu tanpa izin.
“Dan kamu tahu apa hukumannya jika telah melakukan itu?”
“Tidak Bu”, jawabku pelan.
“Oke, sekarang kamu akan saya hukum sesuai dengan kesalahanmu, apa yang kamu lihat ketika kamu masuk ruangan ini?”
“Ngga ada bu”.
“Kamu jangan bohong yach, sebenarnya waktu kamu masuk, Ibu sudah mengetahuinya, sekarang jawab yang jujur, apa kamu melihat saya sedang melakukan sesuatu?”
Akhirnya dengan gugup saya menceritakan semua kejadiannya.
“Jika memberi keterangan jangan berbelit-belit begitu, saya tidak mengerti. Sekarang coba kamu peragakan semua yang kamu lihat”.
Akhirnya saya mengambil posisi duduk didepan monitor yang masih menampilkan adegan bercinta antara 2 wanita dengan 1 pria. Dengan hati-hati saya mengangkat kedua kaki saya mengikuti apa yang tadi Ibu Ratih lakukan, namun karena saya terus melihat adegan di monitor itu, akhirnya saya hanya terbengong menyaksikan semuanya. Lama-lama tanpa saya sadari, kontol saya mulai menegang. Namun karena merasa malu takut ketahuan Ibu Ratih, aku pura-pura menyatakan kalau aku tidak bisa mempraktekkan semua yang tadi dilakukannya, karena saya tidak mempunyai memek.
Akhirnya saya mengambil posisi duduk didepan monitor yang masih menampilkan adegan bercinta antara 2 wanita dengan 1 pria. Dengan hati-hati saya mengangkat kedua kaki saya mengikuti apa yang tadi Ibu Ratih lakukan, namun karena saya terus melihat adegan di monitor itu, akhirnya saya hanya terbengong menyaksikan semuanya. Lama-lama tanpa saya sadari, kontol saya mulai menegang. Namun karena merasa malu takut ketahuan Ibu Ratih, aku pura-pura menyatakan kalau aku tidak bisa mempraktekkan semua yang tadi dilakukannya, karena saya tidak mempunyai memek.
Tanpa disangka, Ibu Ratih malah berkata.
“Kalo begitu, kamu pake memek saya saja, tapi jarinya tetap jari kamu”.
Akhirnya Ibu Ratih memposisikan tubuhnya seperti waktu pertama kali saya lihat. Ragu-ragu saya mendekatinya dan bertanya.
“Tapi kan tadi Ibu tidak pake CD, kenapa sekarang pake CD?”, tanyaku.
“Coba sekalian kamu praktekkan cara membuka CD wanita, apakah kamu bisa?”.
Akhirnya aku tahu bahwa aku akan mengalami hukuman yang sangat menyenangkan.
“Kalo begitu, kamu pake memek saya saja, tapi jarinya tetap jari kamu”.
Akhirnya Ibu Ratih memposisikan tubuhnya seperti waktu pertama kali saya lihat. Ragu-ragu saya mendekatinya dan bertanya.
“Tapi kan tadi Ibu tidak pake CD, kenapa sekarang pake CD?”, tanyaku.
“Coba sekalian kamu praktekkan cara membuka CD wanita, apakah kamu bisa?”.
Akhirnya aku tahu bahwa aku akan mengalami hukuman yang sangat menyenangkan.
Tanpa ragu-ragu lagi aku mendekati tubuh Ibu Ratih yang masih
menaikan kaki dan melebarkan kedua pahanya di atas meja. Aku langsung
menurunkan kedua kakinya dan meminta dia untuk berdiri.
“Saya menghargai wanita tidak hanya di bagian tertentu, saya menghargai semua yang ada pada diri seorang wanita, maka izinkanlah saya untuk mencumbui semua yang ada di diri ibu”.
Dengan tersenyum, akhirnya dia berdiri dan bertanya.
“Kata-katamu cukup romantis, tapi saya minta jangan hanya di mulut saja”.
“Saya menghargai wanita tidak hanya di bagian tertentu, saya menghargai semua yang ada pada diri seorang wanita, maka izinkanlah saya untuk mencumbui semua yang ada di diri ibu”.
Dengan tersenyum, akhirnya dia berdiri dan bertanya.
“Kata-katamu cukup romantis, tapi saya minta jangan hanya di mulut saja”.
Thanks God, akhirnya saya diberi kesempatan untuk merasakan apa yang
selama ini cuma jadi hayalan saya tentang kecantikan dan kemontokan Ibu
Ratih. Dengan lembut, saya mulai menciumi bibirnya yang merah merekah.
Ternyata, Ibu Ratih sangat liar (mungkin karena sebelumnya sudah melihat
adegan yang merangsang).
“Fik, untuk sekarang ini, Ibu cuma butuh kontol kamu, kamu tidak perlu repot-repot untuk merangsang ibu, karena Ibu sudah tidak kuat lagi menahannya”
Sambil berkata begitu, tanpa sempat membuka bajuku, Ibu Ratih langsung membuka celanaku dan mengarahkan kontolku ke memeknya.
“Fik, untuk sekarang ini, Ibu cuma butuh kontol kamu, kamu tidak perlu repot-repot untuk merangsang ibu, karena Ibu sudah tidak kuat lagi menahannya”
Sambil berkata begitu, tanpa sempat membuka bajuku, Ibu Ratih langsung membuka celanaku dan mengarahkan kontolku ke memeknya.
Walaupun tanpa foreplay terlebih dahulu, kontolku memang selalu siap
jika disuruh ngentot cewe cantik, karena kontolku sudah terlatih sejak
waktu SMA. Sambil berdiri, Ibu Ratih terus menarik dan mendorong
pantatnya agar kontolku terus keluar masuk dari lubang memeknya. Aku
hanya diam mematung menikmati hangatnya lubang memek Ibu Ratih, karena
walaupun aku terlihat pasif, sepertinya Ibu Ratih sangat menikmatinya.
“Terus Fik, enak banget kontolmu fik aacchh.. nikmatnya.. kontolmu Fik.. teruuzzhh.. aacchh.. uuhh hangat dan nikmatnya barang kamu Fik.. gede banget Fik.. terruuzzhh.. aacchh”
Tanpa henti-hentinya Ibu Ratih mendesis seperti orang yang kepedasan.
“Terus Fik, enak banget kontolmu fik aacchh.. nikmatnya.. kontolmu Fik.. teruuzzhh.. aacchh.. uuhh hangat dan nikmatnya barang kamu Fik.. gede banget Fik.. terruuzzhh.. aacchh”
Tanpa henti-hentinya Ibu Ratih mendesis seperti orang yang kepedasan.
Meski dari dulu aku terobsesi untuk bisa bercinta dengan Ibu Ratih,
namun aku tidak ingin terburu-buru dalam menikmatinya. Aku sengaja
membiarkan Ibu Ratih agar dia mencapai puncak duluan, biar bisa
memberikan kesan yang baik di matanya.
“Aawww..” ternyata ketika Ibu Ratih mencapai orgasme, tanpa sadar tangannya yang semula memegang pantatku, langsung meremas dengan sekencang-kencangnya, tubuhnya bergetar sebentar, kemudian diam dan langsung memelukku.
“Thanks ya Fik, kamu sudah membantu saya mencapai puncak”.
“Aawww..” ternyata ketika Ibu Ratih mencapai orgasme, tanpa sadar tangannya yang semula memegang pantatku, langsung meremas dengan sekencang-kencangnya, tubuhnya bergetar sebentar, kemudian diam dan langsung memelukku.
“Thanks ya Fik, kamu sudah membantu saya mencapai puncak”.
Ketika pelan-pelan kucabut kontolku yang masih tegak berdiri, Ibu
Ratih masih terlihat lelah, namun dari raut wajahnya terlihat sangat
puas. Aku sengaja memberi waktu beberapa menit agar Ibu Ratih bisa
istirahat dan menikmati sisa kenikmatannya. Beberapa menit kemudian, aku
langsung membuka bajuku, menurutku, pertempuran baru akan dimulai, dan
dengan perlahan akupun mulai membuka satu persatu pakaian Ibu Ratih.
Karena waktu pertama melakukannya, Ibu Ratih tidak memberi kesempatan
kepadaku untuk membuka pakaian kami, mungkin saking ngebetnya, dia cuma
menaikan roknya (yang kebetulan sudah tidak ber-CD), dan menurunkan
celanaku.
“Waktu istirahatnya sudah cukup Bu, sekarang mari kita ngentot lagi,
dan tolong puaskan kontol saya dengan segala cara yang Ibu bisa”. Tanpa
menunggu lama, kami yang sudah sama-sama telanjang sudah saling memeluk.
Aku yang sangat mengagumi kemolekan Ibu Ratih, berusaha untuk menikmati
seluruh tubuhnya. Kubaringkan Ibu Ratih dilantai, kedua susu yang padat
itu semakin terlihat indah dan mengundangku untuk segera menikmatinya.
“Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh, teeruuss”
Tanganku pun mulai mencari sasaran yang lain ketika bibirku masih memainkan kedua susunya. Pelan tanganku mulai turun dari kedua susunya dan terus kebawah menggerayangi perut, dan akhirnya jariku merasakan bulu-bulu halus yang tumbuh disekitar lubang kemaluannya.
“Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh, teeruuss”
Tanganku pun mulai mencari sasaran yang lain ketika bibirku masih memainkan kedua susunya. Pelan tanganku mulai turun dari kedua susunya dan terus kebawah menggerayangi perut, dan akhirnya jariku merasakan bulu-bulu halus yang tumbuh disekitar lubang kemaluannya.
Ku usap dengan lembut pinggiran lubang kemaluannya, ternyata sudah
sangat basah, mungkin karena dia sudah mulai diamuk birahi lagi. Kuelus
terus sambil sesekali telunjukku kumasukkan ke dalam memeknya yang sudah
terlihat sangat merah akibat terjadinya gesekan. Bibirku langsung
berhenti mencumbu bibirnya, aku langsung mengarahkan mukaku
kekemaluannya. Dengan kedua tanganku, aku lebarkan lubang memeknya, dan
aku langsung menjilati “klit”nya yang agak sedikit “monyong” ke depan.
Ibu Ratih seperti orang kesetanan ketika lidahku menyentuh daerah
terlarangnya, dia menggelinjang seperti cacing kepanasan, mulutnya terus
mendesis seperti ular, dan tangannya seperti mencari sesuatu untuk
dipegang.
Seperti kejadian sebelumnya, Ibu Ratih pun mengalami orgasme yang
kedua ketika aku baru memainkan memeknya dengan lidah dan jariku. Namun
karena nafsuku sudah tidak bisa kubendung lagi, aku tidak memberi dia
kesempatan untuk beristirahat, setelah melihat dia terkulai dengan
lemas, aku mulai memasukan kontolku ke dalam memeknya. Dengan mengangkat
kedua pahanya, dan meletakkan kakinya dipundakku, aku langsung memaju
mundurkan pantatku untuk mengeluar masukan kontolku ke dalam memeknya.
Hampir 20 menit aku mengocok memeknya dengan kontolku, mungkin itu
membuat gairah Ibu Ratih mejadi bangkit lagi, diapun berusaha untuk
menggoyangkan pinggulnya agar kontolku bisa menstimulasi dinding
memeknya secara menyeluruh. Aku mengerti apa yang dia inginkan, akhirnya
tanpa menyabut kontolku, pelan-pelan kubalikan badannya dan menyuruh
dia agar “menungging”. Secara visual, nafsuku langsung bertambah ketika
melihat 2 bongkahan daging yang sangat besar dan tanpa berhenti
memainkan kontolku, tanganku langsung meremas pantatnya yang sangat
mulus, aku usap, aku remas, dan kadang-kadang aku menepuknya sehingga
membuat warna kulitnya menjadi agak merah.
Mungkin karena terlalu lelah, Ibu Ratih minta agar aku mencabut dulu
kontolku, tapi mendengar dia ngomong begitu, nafsuku malah
bertambah-tambah, tanganku langsung menarik rambutnya dan memperkencang
gerakan kontolku. Ibu Ratih hanya bisa mendesah, mengerang dan merintih,
tanpa bisa memberikan perlawanan lagi. Akhirnya dia hanya pasrah dan
terus menikmati sensasi yang aku berikan. Akhirnya aku mencabut kontolku
dan meminta Ibu Ratih agar segera mengulum kemaluanku. Mungkin saking
lelahnya, dia membalikan badannya sangat lambat, aku yang sudah tidak
tahan, langsung menarik wajahnya mengarahkan kontolku ke dalam mulutnya.
Sambil terus kukocok, aku tetap memegang kepalanya agar ikut bergerak
maju mundur.
Tiba-tiba.. spermaku keluar banyak juga, sampai-sampai, sebagian
keluar lagi dari sela bibirnya Ibu Ratih, aku sengaja mengeluarkan
spermaku di dalam mulutnya, karena aku bilang, aku paling suka melihat
spermaku ditelan oleh pasangan ngeseksku. Dengan cekatan, Ibu RatiHPun
langsung menelan semua spermaku dan menjilati kepala kemaluanku, hingga
tidak ada sedikitpun spermaku yang tidak tertelan olehnya.
Akhirnya sampai juga aku mewujudkan impianku terhadap Ibu Ratih ini.
Ternyata Tuhan telah mendengar dan mengabulkan keinginan yang ada di
dalam hatiku. Setelah rapi-rapi, aku utarakan maksud kedatanganku ke
ruangannya, dengan seksama, beliau mendengarkan apa menjadi permasalahan
diantara anak didiknya, dengan bijak, akhirnya beliau mengatakan.
“Kalau masalah ini akan segera dimeetingkan, dan kamu tidak usah terlalu kuatir, karena keputusan akhirnya tetap ada di tangan Ibu, yang penting jika hari minggu nanti kamu bersedia menemani Ibu check in, minggu depan masalah itu pasti selesai, bagaimana?”
Dengan cepat, aku langsung menjawab, “Ya.. ya.. ya..”
“Kalau masalah ini akan segera dimeetingkan, dan kamu tidak usah terlalu kuatir, karena keputusan akhirnya tetap ada di tangan Ibu, yang penting jika hari minggu nanti kamu bersedia menemani Ibu check in, minggu depan masalah itu pasti selesai, bagaimana?”
Dengan cepat, aku langsung menjawab, “Ya.. ya.. ya..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar