Aku ada cerita menarik mengenai pengalaman seksku. Kejadian ini
terjadi pada saat aku masih duduk dikelas 3 SMA, yach kira-kira umurku
masih sekitar 19 tahun. Karena tinggal di salah satu kota besar yang
terkenal dengan pendidikannya, aku dititipkan oleh orangtuaku di rumah
tanteku yang kebetulan juga bekerja sebagai dosen disalah satu perguruan
swasta terkenal dikota.
Tanteku namanya Yuni, dia ini seorang “Single parent” dengan tiga
orang anak; dua perempuan dan satu laki-laki. Suaminya sudah meninggal
karena kecelakaan mobil. Suaminya ini memang seorang pembalap lokal yang
tidak terkenal namanya. Dengan tiga orang anak dan umurnya yang sudah
37 tahun, tanteku ini masih saja kelihatan seksi. Tubuhnya terawat,
karena dengan kondisi keuangannya yang mapan, tanteku secara teratur
senam. Hasilnya, walaupun dengan tiga orang anak, tubuhnya tetap terawat
dengan baik. Pantatnya besar dengan pinggul yang juga besar tapi
pahanya selain putih dan mulus juga singset tanpa ada tumpukan lemak
sedikitpun. Payudaranya lumayan besar, entah kira-kira berapa ukurannya
akupun tidak tahu tapi yang jelas masih sekal tidak kendor layaknya
seorang Ibu yang sudah melahirkan tiga orang anak.
Kejadiannya berawal pada saat yang tidak diduga sama sekali. Saat itu
di rumah sedang tidak ada orang hanya ada tanteku yang sedang asyik
memasak untuk hidangan makan siang, kebetulan hari itu jadwal mengajar
tanteku hanya satu mata kuliah saja.
Sepulang sekolah, aku menemukan tanteku didapur sedang asyik memasak.
Dengan langkah gontai karena kecapekan, aku langsung menghampiri meja
makan.
“Tante Yun, belum siap yah makanannya?” tanyaku kelaparan.
“Belum Wan, sabar yah. Ini lo si Suti (pembantu tanteku) pulang tadi pagi, jadinya ya gini nih repot sendiri” keluh tanteku
Di dahinya terlihat cucuran keringat, belum lagi tangannya yang
belepotan dengan berbagai macam bumbu yang sedang diraciknya. Kelihatan
sekali kalau tanteku tidak pernah kerja “Sekeras” ini. Walaupun begitu,
entah kenapa terlihat sekali wajah tanteku semakin cantik.
Saat itu dia hanya menggunakan daster pendek yang sebenarnya tidak
ketat tapi karena bentuk pantat dan pinggulnya yang besar, daster itu
jadi kelihatan agak ketat dan memetakan garis dari celana dalamnya kalau
dia sedang membungkukkan badannya. “Ah, seksi sekali” pikirku kotor.
“Wawan bantuin ya Tante?” tawarku.
“Boleh Wan, sini!” ternyata tanteku tidak keberatan.
Tidak ada angin tidak ada hujan, belum sampai aku mendekat, entah
karena apa tiba-tiba kran air di cucian piring copot dari pangkalnya.
Otomatis air yang langsung dari tandon air yang penuh menyembur dengan
derasnya mengenai tanteku yang kebetulan ada didepannya.
“Aduh Wan, tolong.., gimana ini?” tanteku dengan paniknya berusaha menutupi saluran air yang menyembur dengan tangannya.
Karena tubuh tanteku tidak terlalu tinggi, untuk mencapai saluran itu
dia harus sedikit membungkuk. Terlihat sekali dasternya yang sudah
basah kuyup itu sekali lagi memetakan pantatnya yang besar. Garis celana
dalamnya kini terlihat lebih jelas.
Dengan tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi aku segera mendekat dan
membantunya menutup saluran air itu dengan tanganku juga. Tanpa aku
sadari ternyata posisi tubuhku saat itu seperti memeluk tubuhnya dari
belakang. Bisa di bayangkan, tanpa sengaja juga kontolku mengenai
belahan pantatnya yang sekal. Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga
menimbulkan sesuatu yang kotor dipikiranku.
“Aduh Wan gimana ini?” tanya tanteku tanpa bisa bergerak.
“Duh gimana ya Tante, aku juga bingung.” kataku mengulur waktu.
Saat itu, karena gesekan-gesekan yang berlebihan di kontolku, aku
jadi tidak bisa menahan gairah untuk merasakan tubuhnya. Pelan-pelan aku
melepas satu tanganku dari saluran air itu, pura-pura meraba-raba
disekitar cucian piring, mencari sesuatu untuk menutup saluran air itu
sementara. Tanpa sepengetahuannya aku justru melepas celanaku berikut
juga celana dalamku. Memang agak susah tapi akhirnya aku berhasil dan
dengan tetap pada posisi semula kini bagian bawahku sudah tidak tertutup
apa-apa lagi.
“Wah, nggak ada yang bisa buat nutup Tante. Sebentar Wawan carikan dulu yah”
Kini niatku sudah tidak bisa ditahan lagi, pelan-pelan aku melepas peganganku di saluran air.
“Pegang dulu Tante” kataku sedikit terengah menahan gairah.
“Yah, gih sana cepetan, Tante sudah pegal nih” sungut tanteku.
Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat aku menyingkap dasternya,
kemudian secepat kilat juga berusaha untuk melorotkan celana dalamnya
yang entah warnanya apa, karena sudah basah kuyup oleh air, warna
aslinya jadi tersamar.
“Ehh.. apa-apan ini Wan, jangan gitu dong!?” tanpa sadar tanteku
melepas pegangannya disaluran air untuk menahan tanganku yang masih
berusaha melepaskan celana dalamnya. Air menyembur lagi.
“Auhh.. ohh” suara tanteku jadi tidak jelas karena mulutnya kemasukan
air. Tanpa sadar juga tanteku berusaha untuk menutup saluran air dengan
tangannya lagi, otomatis tanganku sudah tidak ada yang menahan lagi.
“Kesempatan” pikirku, dengan satu sentakan celana dalam tanteku merosot sampai diujung kakinya.
“AuWCh.. duh Wan jangan, aku ini tantemu, jangann..” Mohon tanteku.
Kepalang tanggung, aku langsung jongkok. Aku lalu menyibak pantatnya
yang besar dan mencari liang senggamanya. Kudekatkan kepalaku,
kujulurkan lidahku untuk mencapai vaginanya.
“AuWChh.. Wan.. ahh..” jilatan pertamaku ternyata membuatnya bergetar
tanpa bisa beranjak dari tempat semula, kalau bergerak air pasti akan
menyembur lagi.
Lidahku semakin leluasa merasakan aroma dari vaginanya, semakin
kedalam membuat tanteku bergetar hebat. Entah kenapa sudah tidak ada
lagi bahasa tubuhnya yang menunjukkan penolakan, yang ada kepalanya
semakin menggeleng-geleng tidak keruan. Kecari klitorisnya, memang agak
sulit, setelah dapat kuhisap habis, dua jariku juga ikut menusuk liang
vaginanya. Tidak terkira jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian,
terasa pantatnya bergetar hebat.
“Ahh..hh Wann.. ahh aouhh..” dengan erangan keras, rupanya tanteku
sudah mencapai orgasme. Tubuhnya langsung lunglai tapi tanpa melepas
pengangannya dari saluran air.
“Aduh aku belum apa-apa” pikirku.
Langsung aku berdiri, kusiapkan senjataku yang sudah mengacung dengan
keras. Dengan dua tanganku aku coba menyibakkan kedua belahan pantatnya
sambil kudekatkan kontolku kevaginanya. Kudorongkan sedikit demi
sedikit. Begitu sudah betul-betul tepat dimulut liang kenikmatannya,
tanpa ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan kasar.
“Ahh sakit Wan.. pelan.. auh” kepala tanteku langsung melonjak
keatas, tanpa sengaja pegangannya di saluran air terlepas. Air menyembur
dengan deras. Kepalang basah, begitu mungkin pikir tanteku karena
selanjutnya dia hanya berpegangan dipinggiran cucian piring. Sudah tidak
ada penolakan pikirku.
Kudiamkan sebentar kontolku yang sudah masuk hingga pangkalnya
didalam vagina tanteku, ku nikmati benar-benar bagaimana ternyata vagina
yang sudah mengeluarkan tiga orang manusia ini masih saja nikmat
menggigit. Sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan kutarik,
kemudian kudorong lagi.
“Oohh.. Wan enak, terus sayang..yang cepat aouhh.. ahh.. terus sayang” pantatnya bergoyang melawan arah dari kocokanku.
“Nah gitu Wan, ouhh.. ya gitu teruuss..” Pinta tanteku.
Aku terus mengocokkan kontolku dengan cepat. Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.
“Yang cepat Wan, Tante sudah mau keluar lagi.. ouhh.. terus” kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak karuan.
“Cepatt.. cepatt truss.. ouchh.. Tante kelluaarr.. aghh” Orgasmenya
telah sampai dibarengi dengan kepalanya yang melonjak naik, tangannya
mencengkeram pinggiran cucian piring dengan erat.
“Cabut dulu Wan.. Tante linuu..” pinta tanteku, karena merasakan aku yang masih mengocoknya dari belakang.
“Akan wawan cabut, tapi janji nanti diteruskan ya Tante?” kataku.
“Iya, tapi sekarang dari depan aja yah” janji tanteku.
Tubuhnya kemudian berbalik. Wajahnya sudah awut-awutan dan basah
kuyup. Kemudian dia duduk diatas cucian piring sambil menghadapku. Aku
mendekat, langsung kucari bibirnya dan kemudian kami berpagutan lama.
Sambil kami berciuman, satu tangannya membimbing kontolku kearah liang
vaginanya. Tanpa disuruh dua kali kudorongkan pantatku dibarengi dengan
masuknya juga kontolku.
“Ahh.. oohh..” erang tanteku, ciuman kami terlepas.
“Kocokkan yang cepatt wann..” pinta tanteku sambil pahanya semakin dilebarkan.
“Begini Tante..” Kataku sambil mengocokkan kontolku dengan cepat.
“Gila kamu Wann.. kuaatt sekalii kamuu..” sambil satu tangannya
menarik satu tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas vaginanya. Aku
tahu mau maksudnya.
“Yahh yang ituu.. teruss Wann.. ohh enakk.. Wan teeruss..” rintih
tanteku ketika sambil kontolku mengocok vaginanya tanganku juga
memelintir klitorisnya.
“Ohh Wan, Tante hampir sampai..” tubuhnya mulai bergetar agak keras.
“Aku juga hampir sampai Tante.. ohh punya Tante eenakk..” aku mulai
tidak bisa mengendalikan lagi, orgasmeku tinggal sebentar lagi.
“Dikeluarin dimana Tante?” tanyaku minta ijin.
“Udah nggak usah mikirin itu, ayoo teruss.. didalemm jugaa nggakk Papa”
“Ayoo..Tante udah diujung nihh wann..”
“Ouhh.. enakk.. cepatt Wann.. yangg cepatt” rintih tanteku.
“Goyang Tante, kita barengan ajaa.. oghh” orgasmeku sudah diujung.
Semakin kupercepat kocokanku, tanteku juga mengimbangi dengan
menggoyang pantatnya. Sambil berpegangan pada belakang pantatnya,
kukeluarkan air maniku.
“Aku keluarr tantee.. aughh..” sambil kubenamkan dalam-dalam.
“Tante juga Wann.. oughh akhh.. gilaa.. uenakknya..” erangnya sambil jemarinya mencengkeram bahuku.
Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu kontolku yang
masih ada didalam vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air mani yang
keluar dari vaginanya. Seperti tersadar dari dosa, tanteku mendorong
badanku.
“Kamu nakal Wan, berani sekali kamu berbuat ini” sungut tanteku.
“Tapi Tante juga menikmatinya kan?” belaku.
Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun, meraih celana dalamnya
kemudian berlalu kekamar mandi. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah
lebih dulu masuk kamar mandi kemudian menguncinya.
“Tante air di tandon tadi sudah habis loh” candaku dari luar kamar mandi tapi tidak ada balasan dari dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar